BERKELANA KE ALAM RUHSenin kemarin (2/11) pukul 20.23 WIB dalam sebuah perjalanan naik sepeda motor malam hari dari rumah menuju kantor untuk mengerjakan pekerjaan yang belum tuntas, saya mengalami sebuah kejadian tidak terduga.
Di sebuah jalan di tengah semak dan area pertambakan yang tenang dan disinari cahaya bulan, dalam hitungan kedipan mata tiba-tiba “sukma” saya terbang meluncur ke langit. Saya bisa merasakan pecahnya raga dengan sukma ini setelah sekilas melihat tubuh saya menjauh dari diri saya. Tubuh saya naik sepeda motor di jalan lengang, dan saya yang digapai sesosok ruh yang lain.
Dia kemudian menggapai tangan saya dan mengajak terbang ke sebuah awan. Di satu awan yang diliputi cahaya bulan itu, kami kemudian berhenti. Dia mengucapkan salam dan perkenalkan diri sebagai ruh binatang “wergul” (sejenis musang). Awan yang lembut dan basah itu menjadi permadani
kami berdua untuk berdialog.
“Kamu tahu siapa aku?”
+Tidak tahu.
Aku ruhnya wergul
+Salam sejahtera untukmu
Sama-sama. Kau tahu untuk apa kau kuajak naik ke awan?
+ Tidak tahu
Kau kuajak sholat bersama ruh lain
+Alhamdulillah, terima kasih
Lihatlah di sekeliling sana, semua pada sujud di hadapan Ilahi. Yang berwarna coklat itu ruh para binatang, yang bewarna hijau itu ruhnya pepohonan, yang berwarna putih bersinar itu para malaikat-Nya… dan ruh manusia seperti kau lihat dirimu sekarang ini. Saat itu saya menyaksikan ruh saya sendiri tidak berwarna.
+ Allahu Akbar, ya saya benar-benar menyaksikan mereka…(Terlihat awan beriring yang jumlahnya
sangat banyak tidak terhitung. Di awan-awan itu, tampak dari kejauhan bayangan beragam jenis makhluk Tuhan yang beraneka rupa. Ada yang duduk bersila, ada yang sedang sujud, ada yang sedang berdiri. Bayangan itu semakin jauh sehingga mata saya tidak lagi bisa menyaksikan mereka lagi.
Marilah kita sekarang menunaikan sholat.
+ Baiklah ya makhluk Tuhan, saya menjadi makmummu.
LALU KAMI SHOLAT DUA ROKAAT. DALAM SHOLAT SAYA LANGSUNG TIDAK SADARKAN DIRI BLANK, KOSONG, SUWUNG. Saya tidak mampu lagi mengingat apa yang terjadi saat sholat itu. Setelah mengakhiri sholat dengan salam, saya menunggu apa yang dikatakannya.
Sudahlah. Inilah tujuanku mengajakmu kemari. Menyaksikan betapa Maha Kuasanya Allah. Berterima kasihlah setiap hembusan nafasmu. Jangan pernah lalai, sombong dan tidak menyadari siapa dirimu.
+Terima kasih ya makhluk Tuhan. (Berkali kali dalam hati saya bersyukur yang tidak terhingga atas anugerah-Nya sehingga saya mendapatkan pengalaman gaib luar biasa ini. Rasa-rasanya tak pantas bila saya tidak menceriterakan pengalaman saya berhubungan dengan para makhuk Tuhan ke semua orang termasuk ke Anda, pembaca. Saya ingin bercerita agar Anda semua yang mungkin belum mengalami hal ini percaya sepenuhnya pada kegaiban makhluk Tuhan)
Baiklah, saya akan mengajakmu kembali (Dalam hitungan sepersekian detik, saya dituntun ruh wergul itu kembali ke bumi, Saya masuk tubuh saya kembali seperti sedia kala yang sedang mengendarai sepeda motor).
MENDAPATKAN JAWABAN
Sangat irasional, tidak masuk akal, bagaimana saya bisa terbang padahal saya bukan pesawat terbang? Saya juga tidak punya sayap, namun kenapa tiba-tiba saya bisa mengangkasa ke langit? Bukankah ini berlawanan dengan hukum newton mengenai gravitasi?
Semua itu terjadi dalam hitungan kecepatan yang tidak bisa diprediksi. Waktu di bumi begitu cepat, sementara saya diterbangkan begitu cepat dan bisa melaksanakan sholat. Saya hingga artikel ini ditulis menduga bahwa waktu kita dengan waktu ruhani itu sangat berbeda. Buktinya, saat itu saya bisa masuk kembali ke tubuh saya seperti sedia kala tepat dimana saya mulai keluar dari tubuh fisik saya.
Allahu Akbar…
Awalnya, saya enggan menceriterakan pengalaman gaib ini ke orang lain. Namun akhirnya saya mendapat petunjuk agar pengalaman gaib ini ditulis saja di blog dengan maksud agar pembaca bisa mengetahui bahwa alam gaib itu sungguh-sungguh nyata dan sangat bisa dipercaya.
Tiba di kantor, saya bertemu dengan Ki Kumitir, sahabat karib saya dan menceriterakan sedikit apa yang saya alami ini kepadanya. Sambil menyelesaikan pekerjaan kantor, kami pun terlibat diskusi ngalor ngidul padanya. Hari semakin larut dan Ki Kumitir pulang naik sepeda gunung hijau kesayangannya.
Saya meneruskan bekerja di depan layar komputer meskipun pikiran saya terpecah. Terus terang konsentrasi saya justeru pada pengalaman aneh tadi. Dalam hati saya bertanya soal jati diri siapa yang mengajak saya terbang ke angkasa tadi. Ya memang dia sudah memperkenalkan diri sebagai ruhnya wergul. Tapi benarkan ruh binatang itu ada? Aneh juga. Selama ini saya hanya mengenal dari buku atau dari informasi orang lain dan saya yakin begitu saja tanpa saya mampu membuktikannya. Ee… apa ini jin siluman binatang ya?
Beberapa jam kemudian, tiba-tiba komputer saya byar pet. Wah gangguan nih, apa voltase listrik kantor yang menurun ya? Saya bertanya dalam hati. Namun, tiba-tiba komputer nyala lagi dan tanpa saya sadari jari-jari tangan bergerak tanpa kendali, membuka koneksi internet dan langsung ke portal google. Di situ jari saya menulis kata kunci, klik enter dan langsung mengunduh tiga file yang total bermuatan tujuh belas buku elektronik yang terformat dalam bentuk Zip. Kalau ditotal, jumlah halaman buku itu sekitar 2000 halaman lebih. Saya membayangkan, kalau buku ini harus saya beli di toko buku berapa uang yang harus saya keluarkan ya?
Dalam waktu sangat singkat, satu persatu buku itu kemudian terdownload secara sempurna. Saya pun bersyukur Tuhan telah memberikan sebuah pengajaran yang langsung pada hari Senin malam itu. Pertama pengalaman spiritual dan kedua, jawaban pengalaman spiritual itu langsung dalam bentuk buku. Meskipun hingga kini belum semua buku tuntas saya baca, namun di salah satu buku itu saya telah menemukan jawaban bahwa yang mengajak saya mengangkasa adalah ruh binatang Wregul (sejenis musang).
Ya, dalam buku itu tertulis sebagai berikut: “Mereka bertanya kepada saya tentang ruh anak hasil aborsi. Apakah ada ruh anak hasil aborsi? Saya menjawab: SEMUA DAUN BAMBU MEMPUNYAI BAYANGAN (mungkin artinya semua yang menjadi makhluk Tuhan itu mempunyai ruh sesuai tingkat derajat masing-masing) Apakah ada gunanya memberi persembahan kepada ruh anak hasil aborsi? Hidup ini hanya ilusi. Begitu pula persembahan. Hanya mimpi belaka. Namun, ini adalah solusi terbaik untuk kedua belah pihak. Ruh anak hasil aborsi itu memiliki tempat tinggal, sedangkan si ibu mendapat ketenangan”
Dalam khasanah spiritualitas bangsa Jepang, semua yang ada memiliki ruh. Bahkan ruh binatang itu oleh orang Jepang disebut dewa. Salah satu dewa itu adalah dewa Daoh Hee (dewa yang berbentuk binatang musang). Di Jepang dewa ini sangat dielu-elukan, di Cina juga begitu. Mereka percaya bahwa dewa ini mampu mendatangkan rezeki yang banyak. Tubuh mereka memancarkan sinar harmoni ke lingkungan. Mata mereka jernih dan dalam. Meski berbentuk musang, namun mereka terlihat anggun dan senyumnya seperti gadis Jepang yang sipit dan sopan. Itu berarti yang mengajak saya untuk sholat di awan adalah benar-benar ruh binatang musang.
Akhirnya, saat menerima jawaban langsung dari Tuhan, saya hanya bisa pasrah menerima apa yang terjadi. Pengetahuan saya tentang dunia nyata dan gaib ini begitu terbatas dan kini saya tidak bisa berkata apa-apa selain mengimani sebuah ayat Allah yang baru saja dihamparkan di depan mata.
“Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.” [Surat Thaahaa: 98] ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar