Untuk mengalami rasa bersatu (manunggal) dengan Tuhan (Gusti), kita disarankan untuk selalu NGESTI. Selain bersatu dengan Tuhan, dengan NGESTI orang akan mendapatkan kekuatan batin yang sangat hebat, tidak terkalahkan dan juga memiliki kekuatan supranatural tanpa harus memiliki ajian, jimat, dan semua kehendaknya akan terlaksana. Apa sesungguhnya NGESTI itu? NGESTI adalah menyatukan semua energi pikiran, energi perasaan, energi batin dan energi ruh yang ada pada diri kita dan mengarahkan langsung semua energi yang kita miliki kepada satu tujuan tunggal. Jadi NGESTI berarti memusatkan kemampuan intelektual, psikologis dan fisik ke satu tujuan yang sempit.
NGESTI adalah penggalian mental yang intensif, pencarian pengertian yang didukung oleh kehendak yang tidak tertahankan dan suatu penggabungan energi ke dalam satu ikatan yang sangat sederhana. NGESTI itu ibarat menggabungkan lidi dalam satu ikatan sapu yang kuat dan tidak bisa dipatahkan. Juga bisa diibaratkan kumpulan sinar yang ada di alam semesta batin kita menjadi sinar laser yang sangat kecil namun memiliki kekuatan menebus semua kekuatan yang ada di alam semesta ini. Bahkan sampai bersemayam dan menyatu dengan Tuhan Yang Maha Perkasa.
PERLU LATIHAN
Karena NGESTI adalah menyatukan semua indera, emosi, pikiran bahkan seluruh proses fisik dan biologis tubuh dan dibawa ke satu pusat kesatuan dan dipusatkan ke satu tujuan tunggal, maka dibutuhkan LATIHAN. Biasanya, hidup sehari-hari kita diisi dengan pikiran, hati, emosi, keinginan dan harapan yang tidak fokus. Mari kita selidiki apakah kita sudah fokus ke satu tujuan. Maka tetapkan tujuan—tentukan cara–lalui proses—tujuan tercapai.
Karena NGESTI adalah menyatukan semua indera, emosi, pikiran bahkan seluruh proses fisik dan biologis tubuh dan dibawa ke satu pusat kesatuan dan dipusatkan ke satu tujuan tunggal, maka dibutuhkan LATIHAN. Biasanya, hidup sehari-hari kita diisi dengan pikiran, hati, emosi, keinginan dan harapan yang tidak fokus. Mari kita selidiki apakah kita sudah fokus ke satu tujuan. Maka tetapkan tujuan—tentukan cara–lalui proses—tujuan tercapai.
Misalnya sebagai berikut:
TUJUAN: ujian berhasil
CARA: Belajar keras
SARANA: Buku
PROSES: Membeli buku dan Membaca Buku. Saat kita berjalan-jalan untuk membeli buku di mall, kita disuguh oleh beragam keinginan untuk membeli barang lain. Misalnya beli pakaian, nonton bioskop, dan lain-lain. Akhirnya buku tidak jadi dibeli dan hanya meminjam teman untuk difotokopi.
AKIBAT: Konsentrasi belajar kurang bagus, hasil ujian tidak memuaskan.
Bandingkan dengan contoh bila kita sudah NGESTI:
TUJUAN: Ujian berhasil
CARA: Belajar keras
SARANA: Buku
TUJUAN: ujian berhasil
CARA: Belajar keras
SARANA: Buku
PROSES: Membeli buku dan Membaca Buku. Saat kita berjalan-jalan untuk membeli buku di mall, kita disuguh oleh beragam keinginan untuk membeli barang lain. Misalnya beli pakaian, nonton bioskop, dan lain-lain. Akhirnya buku tidak jadi dibeli dan hanya meminjam teman untuk difotokopi.
AKIBAT: Konsentrasi belajar kurang bagus, hasil ujian tidak memuaskan.
Bandingkan dengan contoh bila kita sudah NGESTI:
TUJUAN: Ujian berhasil
CARA: Belajar keras
SARANA: Buku
PROSES: Memiliki buku dan Membaca Buku. Saat kita berjalan-jalan untuk membeli buku di mall, kita disuguh oleh beragam keinginan untuk membeli barang lain. Namun, kita bertekad untuk menutup semua keinginan lain sebab kita sadar tujuan kita hanya membeli buku.
AKIBAT: Buku ada di tangan. Konsentrasi belajar bagus, hasil ujian sangat memuaskan.
Jadi mulailah dari sekarang untuk menyelidiki TUJUAN HIDUP, CARA HIDUP, PROSES HIDUP, dan AKIBAT yaitu HASIL DARI HIDUP kita. Untuk mengerti tujuan hidup, maka kita harus belajar dari semua sumber pengetahuan yang ada di dunia batin/rasa/jiwa dan dunia pikiran kita sendiri. Praktiknya adalah DIAM (Meneng) MEDITASI, MALADIHENING, SEMEDI untuk mengakses pengetahuan yang di DALAM diri manusia dan juga MELEK (membaca buku, belajar ilmu pengetahuan, mengamati fakta-fakta sosial, menganalisa gejala-gejala (fenomena) menemukan untuk menemukan NOUMENA/SIBSTANSI/ARCHE. Menganalisa dan kemudian mensintesanya.
AKIBAT: Buku ada di tangan. Konsentrasi belajar bagus, hasil ujian sangat memuaskan.
Jadi mulailah dari sekarang untuk menyelidiki TUJUAN HIDUP, CARA HIDUP, PROSES HIDUP, dan AKIBAT yaitu HASIL DARI HIDUP kita. Untuk mengerti tujuan hidup, maka kita harus belajar dari semua sumber pengetahuan yang ada di dunia batin/rasa/jiwa dan dunia pikiran kita sendiri. Praktiknya adalah DIAM (Meneng) MEDITASI, MALADIHENING, SEMEDI untuk mengakses pengetahuan yang di DALAM diri manusia dan juga MELEK (membaca buku, belajar ilmu pengetahuan, mengamati fakta-fakta sosial, menganalisa gejala-gejala (fenomena) menemukan untuk menemukan NOUMENA/SIBSTANSI/ARCHE. Menganalisa dan kemudian mensintesanya.
Di atas telah disampaikan bahwa inti dari NGESTI adalah konsentrasi KEINGINAN, KEHENDAK, EMOSI, PIKIRAN, BATIN ke satu TUJUAN TUNGGAL. Maka kita perlu latihan dengan cara mempraktekkan MENENG setiap malam, atau setidaknya saat-saat ada waktu senggang setiap hari. NGESTI merupakan ketrampilan yang dipraktekkan dan dicoba serta diolah, ibarat olah raga. Kita harus berlatih dan memainkannya sampai memiliki kemahiran untuk NGESTI. Kalau orang berhenti untuk latihan, maka sesaat kita akan merasa kaku dan harus berlatih lagi untuk menguasai ketrampilan lamanya. SIAPA YANG BIASA NGESTI SETIAP HARI maka dia ibarat atlet olah raga pelari yang hebat sehingga saat dia bertemu dengan anjing di jalan, maka anjing Pit Bull itu tidak akan mampu mengejarnya. Namun, bila atlet itu jarang latihan maka otot-ototnya kaku, tubuhnya tidak lincah bergerak dan refleksnya jadi tumpul sehingga saat ada anjing Pit Bull mengejar maka dia larinya akan lamban tertangkap dan dijadikan bulan-bulanan.
Biarpun seseorang itu dikatakan sudah memiliki bakat alamiah yaitu memiliki kelebihan supranatural atau menjadi manusia sakti, namun tidak dilatih maka akhirnya kemampuannya jadi tumpul. Sebagaimana olah raga, ada banyak unsur kemampuan alamiah di dalam NGESTI tersebut. Latihan NGESTI yang baik terdiri dari: PENGENDALIAN NAPAS, KONSENTRASI SEMUA INDERA, PENGOSONGAN PIKIRAN, FOKUS PIKIRAN KE SATU OBYEK TUNGGAL. Di hampir semua aliran kebatinan di dunia termasuk di aliran kejawen, tarikat, para yogi India, dan semua sekte yang ada Latihan NGESTI-nya juga seperti ini. Jadi sifatnya universal dan tidak hanya milik satu aliran kebatinan saja. Misalnya, salah satu sekte mistik KAWRUH KASUNYATAN berlatih NGESTI dengan cara menatap nyala lampu yang dinyalakan berlama-lama, di sekte lain latihannya cukup melihat satu titik kecil di tembok, atau memandang satu titik di lantai di depan mereka duduk atau berdiri. Ada lagi yang menutup mata dan mengarahkan satu titik di depan mata batin kita yang terletak di depan di antara dua mata kita, sekitar 20 sentimeter.
OBYEK NGESTI
Apa obyek NGESTI yang benar? Pertanyaan ini biasanya dilontarkan mengingat biasanya meskipun mata kita memandang ke satu titik, namun mata batin kita masih membayangkan hal-hal yang lain. Dalam NGESTI, mata fisik dan mata batin kita harus menyatu dalam satu titik kecil tadi. Obyek Ngesti adalah diri sejati kita. Kita tidak perlu membayangkan hal-hal yang abstrak misalnya Tuhan. Sebab Tuhan akan bisa ditemukan dengan sendirinya bila NGESTI tentang DIRI (INGSUN) kita sudah berhasil, otomatis mata batin kita sudah mampu melihat dan manunggal dengan Tuhan. Itu sebabnya kita diminta untuk MENGENAL DIRI KITA SENDIRI AGAR KITA MAMPU MENGENAL TUHAN sebagaimana yang disampaikan oleh Socrates: “Gno Seauton” (Kenalilah dirimu sendiri).
Apa obyek NGESTI yang benar? Pertanyaan ini biasanya dilontarkan mengingat biasanya meskipun mata kita memandang ke satu titik, namun mata batin kita masih membayangkan hal-hal yang lain. Dalam NGESTI, mata fisik dan mata batin kita harus menyatu dalam satu titik kecil tadi. Obyek Ngesti adalah diri sejati kita. Kita tidak perlu membayangkan hal-hal yang abstrak misalnya Tuhan. Sebab Tuhan akan bisa ditemukan dengan sendirinya bila NGESTI tentang DIRI (INGSUN) kita sudah berhasil, otomatis mata batin kita sudah mampu melihat dan manunggal dengan Tuhan. Itu sebabnya kita diminta untuk MENGENAL DIRI KITA SENDIRI AGAR KITA MAMPU MENGENAL TUHAN sebagaimana yang disampaikan oleh Socrates: “Gno Seauton” (Kenalilah dirimu sendiri).
Jadi NGESTI selain merupakan kekuatan seseorang untuk menyatukan pikiran ke satu titik, juga sebuah penggalian INTENSIF menuju DIRI SEJATI kita. Bagaimana kita bisa mengenal Ruh kita sendiri yang ada di dalam badan ini. Sebab ruh itulah yang menjadi pengendali raga, ruh inilah yang bisa memiliki kekuatan untuk menyatukan diri dengan semua energi yang ada di alam semesta karena pada hakikatnya antara ruh (diri sejati) kita dengan ruh alam semesta itu SATU dan MANUNGGAL dengan GUSTI.
Maka akan sangat bijaksana sebelum kita latihan NGESTI kita dianjurkan untuk NUWUN yaitu meminta atau memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dibuka kemampuan batin, sehingga nantinya energi batin tidak berpaling (menga mengo) ke sana kemari tanpa tujuan hidup yang jelas. Energi batin akan mempertajam instink kita hingga lebih tajam dari pisau lebih cepat dari cahaya, lebih kuat dari nuklir, lebih ringan dari udara. Inilah hebatnya manusia yang merupakan makhluk luar biasa ciptaan Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang.
Energi batin akan semakin lama semakin banyak bila dilatih terus menerus. Ibarat kita menabung, energi batin yang dikumpulkan saat NGESTI ini suatu ketika bila dipancarkan ke satu titik kecil maka kekuatan batin ini akan sanggup menjebol jantung dan hati manusia yang jahat sehingga dia akan tewas dengan luka dalam yang parah. Saat dia memancarkan kekuatan batinnya ke sebuah mobil, maka mobil itu akan terpeleset masuk jurang. Saat dia memancarkan kekuatan batinnya ke sebuah benda kemudian dilontarkan, maka benda itu akan terlontar dengan sendirinya.
Energi batin akan semakin lama semakin banyak bila dilatih terus menerus. Ibarat kita menabung, energi batin yang dikumpulkan saat NGESTI ini suatu ketika bila dipancarkan ke satu titik kecil maka kekuatan batin ini akan sanggup menjebol jantung dan hati manusia yang jahat sehingga dia akan tewas dengan luka dalam yang parah. Saat dia memancarkan kekuatan batinnya ke sebuah mobil, maka mobil itu akan terpeleset masuk jurang. Saat dia memancarkan kekuatan batinnya ke sebuah benda kemudian dilontarkan, maka benda itu akan terlontar dengan sendirinya.
NGESTI DI ALAM LIAR
NGESTI akan lebih mudah tercapai bila kita mengurangi makan, minum (puasa), seks dan tidak tidur di malam hari. Di Jawa kita mengenal kegiatan mengendalikan indera, pikiran dan emosi dengan istilah “Laku Tapabrata.” Laku ini akan menghasilkan kekuatan dan intensitas spiritual hingga mencapai derajat manusia yang sangat tinggi. Ini membedakan manusia dengan binatang. Binatang tidak mampu untuk menahan keinginan untuk bersenggama saat melihat lawan jenisnya, makan saat lapar, minum saat haus dan tidur saat mengantuk. Binatang hanya mampu menuruti kehendak instingnya belaka tanpa bisa mengerem kehendaknya. Manusia yang hanya menuruti hasrat biologisnya tanpa berkeinginan untuk berlatih batinnya akan sama levelnya dengan binatang.
NGESTI juga perlu dilatih di alam terbuka dan alam liar. Misalnya di hutan belantara, di gunung-gunung maupun di pulau-pulau yang tidak berpenghuni. Mereka yang berhasil NGESTI di alam terbuka seperti ini akan masuk ke dalam keadaan KESADARAN OTAK DAN EMOSI TIDAK SADARKAN DIRI, NAMUN YANG AKAN BANGUN ADALAH KESADARAN NGESTI-NYA. Kesadaran NGESTI adalah kesadaran batin dan kesadaran AKU SEJATI, INGSUN SEJATI, KESADARAN MANUNGGALNYA RUH kita dengan RUH ALAM SEMESTA sehingga AKU atau EGONYA SUDAH LEBUR dan bersenyawa dengan ego yang lain. Hasil lain yang merupakan hasil sampingan (ingat: ini bukan tujuan Ngesti) adalah KEKUATAN MAGIS dan RUHANI yang SANGAT DAHSYAT untuk mencapai keinginan apa saja di dunia, di alam astral dan alam gaib berdimensi akhirat.
NGESTI akan lebih mudah tercapai bila kita mengurangi makan, minum (puasa), seks dan tidak tidur di malam hari. Di Jawa kita mengenal kegiatan mengendalikan indera, pikiran dan emosi dengan istilah “Laku Tapabrata.” Laku ini akan menghasilkan kekuatan dan intensitas spiritual hingga mencapai derajat manusia yang sangat tinggi. Ini membedakan manusia dengan binatang. Binatang tidak mampu untuk menahan keinginan untuk bersenggama saat melihat lawan jenisnya, makan saat lapar, minum saat haus dan tidur saat mengantuk. Binatang hanya mampu menuruti kehendak instingnya belaka tanpa bisa mengerem kehendaknya. Manusia yang hanya menuruti hasrat biologisnya tanpa berkeinginan untuk berlatih batinnya akan sama levelnya dengan binatang.
NGESTI juga perlu dilatih di alam terbuka dan alam liar. Misalnya di hutan belantara, di gunung-gunung maupun di pulau-pulau yang tidak berpenghuni. Mereka yang berhasil NGESTI di alam terbuka seperti ini akan masuk ke dalam keadaan KESADARAN OTAK DAN EMOSI TIDAK SADARKAN DIRI, NAMUN YANG AKAN BANGUN ADALAH KESADARAN NGESTI-NYA. Kesadaran NGESTI adalah kesadaran batin dan kesadaran AKU SEJATI, INGSUN SEJATI, KESADARAN MANUNGGALNYA RUH kita dengan RUH ALAM SEMESTA sehingga AKU atau EGONYA SUDAH LEBUR dan bersenyawa dengan ego yang lain. Hasil lain yang merupakan hasil sampingan (ingat: ini bukan tujuan Ngesti) adalah KEKUATAN MAGIS dan RUHANI yang SANGAT DAHSYAT untuk mencapai keinginan apa saja di dunia, di alam astral dan alam gaib berdimensi akhirat.
NGESTI yang dilaksanakan dengan cara bertapa berarti menangguhkan kebahagiaan yang sementara dan tidak abadi untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi dan kekal. Apa tanda-tanda seseorang yang sudah berhasil untuk NGESTI? Jelas hidupnya akan tenang karena sudah tahu tujuan hidupnya sejatinya Cuma Satu titik kecil yaitu MENURUTI TITAHING GUSTI (menurut kehendak Tuhan sebagai inti ibadah, penghambaan pada-Nya, bersujud). Hidup yang tenang karena tidak terganggu oleh bias pelangi kenyataan yang palsu, berubah-ubah dan sementara. Hatinya Sabar, iklhas, pasrah, sumeleh, sumarah, menep. Dia tidak mementingkan diri sendiri namun menomorsatukan orang lain, masyarakat dan umat manusia secara keseluruhan. Mata batinnya sangat tajam untuk melihat tanda-tanda atau pesan dari Tuhan. Bisa disimpulkan bahwa hakikat ngesti adalah sebagai berikut: Kalau berniat ke timur, batin pikiran dan gerak kakinya akan berjalan ke timur, tidak ke barat, utara atau ke selatan. Ia tidak berhenti untuk singgah di warung kopi dalam perjalanannya. Ia hanya berjalan ke timur saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar